MENGUBAH UJIAN MENJADI HARTA KEKAYAAN “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS Al Mulk: 2) Kehidupan adalah perjalanan dalam mencapai kesempurnaan. Perjalanan tersebut tak mungkin selalu lurus; ujian merupakan manifestasi dari tikungan dan hambatan yang kita temui. Sikap kita dalam menghadapi ujianlah yang berpotensi membawa peningkatan bagi kualitas diri. Namun dalam salah satu ayatnya, Allah juga berfirman: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al Baqarah: 286) Allah mengetahui batas kemampuan yang dimiliki umatnya, sehingga Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan kita. Yang kita butuhkan adalah keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan ujian tanpa memberikan pertolongan bagi kita. Dalam QS Al Baqarah: 214, Allah SWT berfirman: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” Terkadang kita tidak sadar bahwa Allah sedang menguji kita. Kekayaan yang diberikan Allah merupakan ujian. Apakah kekayaan akan membawa kita pada kesombongan atau rasa syukur kepada Allah? Diperlukan sikap yang benar dalam menghadapi ujian yang berupa kesenangan maupun kesulitan. Sudah sepantasnya kita bertanya kepada akal kita mengenai sikap yang benar dalam menghadapi ujian dari Allah. Dengan begitu, kita belajar menghidupkan potensi akal dan ruhiah kita. Rasulullah SAW bersabda: “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah”. (HR Tirmidzi) Jadi, apapun yang terjadi pada kita, akan bijak bila kita bertanya, “Apa hikmahnya bagi saya?” Semua itu ada hikmahnya. Pasti akan ada. Jika kita berpikir tidak ada hikmah atau tidak mendapatkan hikmah, kita hanya kurang keras berpikir. Jika kita rajin bertanya akan hikmah, maka akan semakin banyak hikmah yang kita dapatkan, yang insya Allah akan menjadikan kita orang yang bijak. Dengan menentukan sikap yang tepat dan membiasakan diri untuk berpikir akan hikmah, ketenangan dan peningkatan kualitas diri sangat mungkin kita dapatkan. "Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun' (Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kami akan kembali kepada-Nya). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 155 - 157)
Ahad, 6 Januari 2013 Ba'da Ashar Kajian Tematik Ahad Awwal "Ngaji Bareng Kyai" dengan Tema "Bagaimana ALLAH SWT mengampuni Dosa Besar & Dosa Kecil Hamba-NYA" bersama Buchori Masruri.
Beberapa Hari yang lalu, hampir di seluruh belahan dunia terjadi perhelatan masal berupa perayaan malam tahun baru yang selalu diistemewakan oleh para peminatnya. Apapun latar belakang ataupun agama mereka, samasekali tidak mempengaruhi antusiasme mereka dalam berpesta-pora pada malam itu. Entah mereka memahami ataupun tidak, Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings. Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400). Dari fakta tersebut, tentunya kita dapat menyimpulkan bahwa acara ini sangatlah bertentangan dengan ajaran agama kita karena secara tidak langsung para penyelenggaranya turut melestarikan tradisi pengagungan para dewa yang dilakukan oleh bangsa romawi. Sungguh ironis jika ternyata di negara kita ini para pemuda muslim turut melakukan selebrasi tersebut tanpa memahami esensi perayaan tersebut. Rosululloh S.A.W. pernah bersabda kepada penduduk madinah: قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر “Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i). Pada saat itu, di madinah terdapat perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan orang kafir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Jika Rosululloh melihat perayaan tahun baru masehi yang sudah banyak dirayakan saat ini, maka sudah dapat kita perkirakan bahwa tentunya Beliau juga akan melarang perayaan tahun baru masehi tersebut. Karena perayaan tahun baru masehi yang dilaksanakan tidak jauh beda dengan perayaan Nairuz dan Mihrajan yang kemudian dilarang oleh Rosululloh. Jika kita tinjau dari segi kebiasaan, perayaan tahun baru ini sudah menjadi kebiasaan dan adat non muslim dan terutama orang-orang nashrani. Tentang meniru kebiasaan mereka, Rosululloh telah bersabda: من تشبه بقوم فهو منهم “Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (Hadis shahih riwayat Abu Daud) Apakah kita ingin menjadi bagian dari mereka yang telah dinash oleh Alloh sebagai kaum yang tersesat???. Untuk lebih jelasnya lagi, Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festifal seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka” [Aun Al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarh hadits no. 3512]. Lebih jauh lagi Alloh telah menekankan dalam qs.Al Baqoroh 120: وَ لَنْ تَرْضَى عَنكَ الْيَهُوْدُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ... Artinya: “Dan sekali-kali tidaklah ridha terhadap engkau orang-orang Yahudi dan Nasrani itu, sehingga engkau mengikut agama mereka...”. Perayaan tahun baru masehi tersebut adalah salah satu alat yang mereka gunakan untuk menarik kita sedikit demi sedikit agar menyatu dalam tradisi dan agama mereka karena mereka memahami bahwa kita tidak akan mudah mereka taklukkan dengan senjata seperti pada perang salib beberapa abad yang lalu. Dengan berbagai perayaan seperti tahun baru, valentine day, halloween juga berbagai mode dan gaya hidup, mereka mulai manarik antusiasme generasi muda kita untuk bergabung mengikuti langkah mereka. Sebagai penutup, akan kami kutipkan perkataan dari Sayyidina Umar bin Al-Khaththtab Radhiyallahu ‘anhu, “Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka” [Imam Al-Baihaqy No. 18640]. Beliau juga berkata: “Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka” [Imam Al-Baihaqy No. 18641]. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari apapun yang telah terjadi, والله أعلم بالصواب.
Hari Jum'at, 11 Januari 2013 Jam 15.30 (Ba'da Ashar) Mujahadah Jum'at Kliwon bersama Alhabib Dr. Abdurrahman Smith, Lc., MA. serta penjualan paket sembako ekonomis.
Hari Jum'at, 11 Januari 2013 jam 04.30 (Ba'da Subuh) Ijma' bersama KH. Latif Mastur Ikhsan. Tadarus Al-Qur'an ~ Kajian Islam ~ Pembacaan Sholawat Nariyah.
Ahad, 6 Januari 2013 Ba'da Isya' Kajian Kitab bersama KH. Azim Wasi'
Ahad, 6 Januari 2013 Ba'da Maghrib Kajian Fiqih bersama KH. M. Yasluch